BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Jika diperhatikan dengan seksama, banyak jenis strategi penelitian
kualitatif menempatkan posisi obyek penelitian sebagai ‘kasus’ seperti halnya
di dalam penelitian studi kasus. Burhan Bunguin mengkategorikan
penelitian-penelitian yang demikian, termasuk penelitian studi kasus, sebagai
penelitian berbasis kasus (case-based research). Penelitian berbasis kasus
adalah penelitian kualitatif yang menggunakan kasus untuk menjelaskan suatu
fenomena dan mengkaitkannya dengan teori tertentu[1].
Istilah penelitian berbasis kasus mengemuka karena berkembangnya fakta bahwa
penelitian kualitatif lebih menekankan kualitas dan kedalaman analisis terhadap
obyek penelitian. Pada hampir di seluruh jenis penelitian kualitatif, obyek
penelitian dikaji tidak dari sudut permukaan yang dangkal atau bagian
per-bagian, tetapi dikaji secara menyeluruh dan terperinci. Menurut penelitian
berbasis kasus, obyek penelitian yang dipandang secara demikian disebut sebagai
‘kasus’. Mengacu pada pemahaman ini,Banguin memasukkan hampir seluruh jenis
penelitian kualitatif, termasuk penelitian grounded theory, ethnografi,
phenomenologi, dan penelitian studi kasus ke dalam jenis penelitian berbasis
kasus.[2]
Hingga saat ini masih terus berlangsung perdebatan tentang posisi
‘kasus’ sebagai obyek penelitian dalam penelitian kualitatif pada umumnya dan
khususnya pada penelitian studi kasus. Banyak peneliti yang memandang bahwa
setiap obyek penelitian, khususnya obyek pada penelitian kualitatif adalah
‘kasus’, Konsekuensinya, semua penelitian kualitatif adalah penelitian studi
kasus. Oleh karena itu, di dalam banyak laporan penelitian, khususnya
penelitian kualitatif, kata-kata ‘studi kasus’ banyak dicantumkan sebagai
bagian dari judul. Beberapa peneliti yang sekaligus juga penulis, seperti Stake
(1994, 2005), Creswell (1998, 2007), dan Yin (1994, 2003a, 2003b, 2009) menolak
anggapan demikian. Mereka berupaya menunjukkan perbedaan antara penelitian
studi kasus dengan penelitian berbasis kasus. Mereka memandang bahwa penelitian
studi kasus merupakan salah satu jenis penelitian dalam penelitian kualitatif
yang memiliki kedudukan yang sama seperti halnya dengan jenis strategi
penelitian kualitatif yang lain, seperti penelitian ethnografi, phenomenologi,
grounded theory, dan biografi.
Secara khusus, pada tahun 1982, Yin memperkenalkan penelitian studi
kasus sebagai metoda penelitian tersendiri, yang terpisah dan berbeda dari
ragam penelitian kualitatif yang lain. Yin lebih memperjelas pendapatnya dengan
menulis buku khusus yang secara terperinci menjelaskan argumen, kriteria dan
proses penelitian studi kasus, yang telah diterbitkan hingga empat edisi yaitu
pada tahun 1986, 1994, 2003, dan 2009. Pendapat Yin tersebut mendapatkan banyak
tanggapan. Sebagian besar tidak menentangnya, tetapi cenderung mendukung dengan
menambahkan argumen-argumen untuk lebih mempertegas kekhususan posisi,
kedudukan, dan memperjelas arahan penggunaannya. Dalam makalah ini akan di
bahas secara ringkas tentang desain penelitian studi kasus.
B.
Rumusan Masalah
a.
Bagaimana
pengertian penelitian studi kasus?
b.
Bagaimana
pengertian desain penelitian studi kasus?
c.
Bagaimana
tahap
desain penelitian studi kasus?
d.
Bagaimana
proses penyelenggaraan penelitian studi kasus?
e.
Bagaimana penelitian studi situs tunggal dan multi situs?
C.
Tujuan Penulisan
a.
Mengetahui pengertian
penelitian studi kasus
b.
Mengetahui
pengertian desain penelitian studi kasus
c.
Mengetahui
tahap
desain penelitian studi kasus
d.
Mengetahui proses
penyelenggaraan penelitian studi kasus
e.
Mengetahui
penelitian studi situs tunggal dan multi situs.
BAB
II
PEMBAHASAN
1.
Pengertian Studi Kasus
Studi kasus dapat diartikan sebagai: an
intensive, holistic description, and analysis of a single instance, phenomenon,
or social unit.[3]
Pengertian tersebut memberikan penjelasan bahwa pada dasarnya studi kasus
adalah suatu strategi penelitian yang mengkaji secara rinci atas suatu latar
atau satu orang subjek atau satu peristiwa tertentu.
Studi kasus merupakan sarana utama bagi
penelitian emik, yakni penyajikan pandangan subjek yang diteliti sehingga dapat
ditemukan konsistensi internal yang tidak hanya merupakan konsistensi gaya dan
konsistensi faktual tetapi juga keterpercayaan (trustworthiness). Dipilihnya
studi kasus sebagai rancangan penelitian karena peneliti ingin mempertahan-kan
keutuhan subjek penelitian. Peneliti juga beranggapan bahwa fokus penelitian
kualitatif biasanya akan lebih mudah dijawab dengan desain studi kasus.
Studi kasus sendiri merupakan bagian dari
penelitian kualitatif. Jadi, sebuah penelitian yang menggunakan studi kasus
sejatinya hanya menggunakan desain atau rancangan studi kasus, adapun
pendekatannya tetap mengacu pada pendekatan kualitatif. Alasan digunakannya
pendekatan kualitatif sebagai pendekatan penelitian adalah karena peneliti
melihat sifat dari masalah diteliti yang dapat berkembang secara alamiah sesuai
dengan kondisi dan situasi di lapangan. Peneliti juga berkeyakinan bahwa dengan
pendekatan alamiah, penelitiannya akan menghasilkan informasi yang lebih kaya.
Jadi, dipilihnya pendekatan kualitatif sebagai
pendekatan penelitian karena peneliti berkeinginan untuk memahami dunia makna
subjek penelitian secara mendalam. Rancangan penelitian dibuat sebagaimana
umumnya rancangan penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif, yang
umumnya bersifat sementara dan lebih banyak memperhatikan pembentukan teori
substantif dari data empiris yang akan didapat di lapangan.
Untuk itu, desain penelitian dikembangkan
secara terbuka dari berbagai perubahan yang diperlukan sesuai dengan kondisi
lapangan. Hal ini penting untuk dijelaskan, mengingat penelitian kualitatif
merupakan penelitian yang didesain dalam kondisi dan situasi alamiah
(naturalistic) sehingga dapat ditemukan kebenaran dalam bentuk yang
semurni-murninya tanpa mengalami distorsi yang disebabkan oleh instrumen dan
desain penelitian. Karena instrumen dan desain penelitian cenderung
mengkotak-kotakkan manusia dalam kerangka konsepsi yang kaku.
2. Desain Penelitian
Dalam bahasa sehari –hari desain penelitian
adalah suatu rencana tindakan untuk berangkat dari sini kesana, dimana ‘disini’
bisa diartikan sebagai rangkaian pertanyaan awal yang harus dijawab, dan ‘
disana’ merupakan serangkaian konklusi (jawaban) tentang pertanyaan tersebut .
Menurur Nachmias desain penelitian sebagai suatu rencana yang membimbing
peneliti dalam proses pengumpulan, analisis dan interpretasi observasi. Ia merupakan suatu model pembuktian logis
yang memungkinkan peneliti untuk mengambil inferensi mengenai hubungan kausal
antar variable di dalam suatu penelitian. Desain penelitian tersebut juga
menentukan ranah kemungkinan generalisasi, yaitu apakah interpretasi yang
dicapai dapat digeneralisasikan terhadap suatu populasi yang lebih besar atau
situasi – situasi yang berbeda.[4]
Untuk
studi kasus, ada lima komponen desain penelitian yang sangat penting, yaitu :
1. Pertanyaan
– pertanyaan penelitian
Meskipun
pertanyaan berfariasi, tetapi bentuk pertanyaan sebaiknya berkenaan dengan :
siapa, apa, dimana, bagaimana, dan mengapa. Selanjutnya hakikat pertanyaan –
pertanyaan tersebut diklarifikasikan secara persis dalam penelitian.
2. Proposisinya,
jika ada;
Proposisi
penelitian mengarah perhatian peneliti pada sesuatu yang harus diselidiki dalam
ruang lingkup studinya.
3. Unit –
unit analisisnya;
Unit
analisis secara fundamental berkaitan dengan masalah penentuan apa yang
dimaksud dengan kasus dalam penelitian yang bersangkutan
4. Logika
yang mengaitkan data dengan proposisinya tersebut;
Pada
tahap ini mengetengahkan tahap - tahap analisis data dalam penelitian studi
kasus.
5. Dan kriteria untuk menginterpretasikan temuan.
Disini
peneliti menyusun criteria guna mengintepretasi tipe - tipe temuan, diharapkan
pola – pola yang berbeda tersebut memberi gambaran yang cukup jelas tentang
perbedaan gambarannya sehingga temuan – temuannya dapat diinterpretasikan.
Menurut
Kidder ada empat kriteria penetapan kualitas desain penelitian studi kasus,[5]
yaitu ;
1. Validitas Konstrak : Menetapkan ukuran operasional yang benar
untuk konsep – konsep yang akan diteliti.
2. Validitas Internal : Menetapkan hubungan kausal, dimana kondisi
– kondisi tertentu diperlihatkan guna mengarahkan kondisi – kondisi lain,
sebagaiman dibedakan dari hubungan semu.
3. Validitas Eksternal : menetapkan ranah dimana temuan suatu
penelitian dapat divisualisasikan.
4. Reliabilitas : Menunjukan bahwa pelaksanaan suatu penelitian
(seperti prosedur pengumpulan data) dapat diinterpretasikan, dengan hasil yang
sama.
3.
Desain
- Desain Studi Kasus
Sementara itu, Yin membagi penelitian studi kasus secara umum
menjadi 2 (dua) jenis, yaitu penelitian studi kasus dengan menggunakan kasus
tunggal dan jamak/ banyak[6].
Disamping itu, ia juga mengelompokkannya berdasarkan jumlah unit analisisnya,
yaitu penelitian studi kasus holistik (holistic) yang menggunakan satu unit
analisis dan penelitian studi kasus terpancang (embedded) yang menggunakan
beberapa atau banyak unit analisis. Penelitian studi kasus disebut terpancang
(embedded), karena terikat (terpancang) pada unit-unit analisisnya yang telah
ditentukan. Unit analisis itu sendiri dibutuhkan untuk lebih memfokuskan
penelitian pada maksud dan tujuannya. Penentuan unit analisis ditentukan
melalui kajian teori. Sementara itu, pada penelitian studi kasus holistik,
penelitian dilakukan lebih bebas dan terfokus pada kasus yang diteliti dan
tidak terikat pada unit analisis, karena unit analisisnya menyatu dalam
kasusnya itu sendiri.
Jika dikaitkan antara kedua cara pengelompokkan tersebut, maka
jenis-jenis penelitian studi kasus dapat disusun ke alam suatu matriks 2 x 2.
Dengan demikian, menurut Yin penelitian
studi kasus dapat terdiri dari 4 (empat) jenis. Untuk lebih jelasnya, hubungan
antar kedua pengelompokkan tersebut, perhatikan gambar matriks jenis-jenis
penelitian studi kasus berikut ini:
Gambar: Jenis-jenis Dasar Penelitian Studi Kasus[7]
Pada gambar di atas dapat dilihat bahwa terdapat 4 (empat) jenis
penelitian studi kasus, yaitu:
1. Penelitian studi kasus tunggal holistik (jenis 1 dan 2)
Penelitian studi kasus tunggal holistik (holistic single-case
study) adalah penelitian yang menempatkan sebuah kasus sebagai fokus dari
penelitian. Yin menjelaskan bahwa terdapat 5 (lima) alasan untuk menggunakan
hanya satu kasus di dalam penelitian studi kasus, yaitu[8]:
a) Kasus yang dipilih mampu menjadi bukti dari teori yang telah
dibangun dengan baik. Teori yang dibangun memiliki proposisi yang jelas, yang
sesuai dengan kasus tunggal yang dipilih sehingga dapat dipergunakan untuk
membuktikan kebenarannya.
b) Kasus yang dipilih merupakan kasus yang ekstrim atau unik. Kasus
tersebut dapat berupa keadaan, kejadian, program atau kegiatan yang jarang
terjadi, dan bahkan mungkin satu-satunya di dunia, sehingga layak untuk diteliti
sebagai suatu kasus.
c) Kasus yang dipilih merupakan kasus tipikal atau perwakilan dari
kasus lain yang sama. Pada dasarnya, terdapat banyak kasus yang sama dengan
kasus yang dipilih, tetapi dengan maksud untuk lebih menghemat waktu dan biaya,
penelitian dapat dilakukan hanya pada satu kasus saja, yang dipandang mampu
menjadi representatif dari kasus lainnya.
d) Kasus dipilih karena merupakan kesempatan khusus bagi
penelitinya. Kesempatan tersebut merupakan jalan yang memungkinkan peneliti
untuk dapat meneliti kasus tersebut. Tanpa adanya kesempatan tersebut, peneliti
mungkin tidak memiliki akses untuk melakukan penelitian terhadap kasus
tersebut.
e) Kasus dipilih karena bersifat longitudinal, yaitu terjadi dalam
dua atau lebih pada waktu yang berlainan. Kasus yang demikian sagat tepat untuk
penelitian yang dimaksudkan untuk membuktikan terjadinya perubahan pada suatu
kasus akibat berjalannya waktu.
Sementara itu, perbedaan antara penelitian studi kasus holistik
(jenis 1) dan terpancang (jenis 2) adalah pada jumlah unit analisis yang
digunakan. Pada jenis yang pertama, jumlah unit analisis yang digunakan pada
umumnya hanya satu atau bahkan sama sekali unit analisisnya tidak dapat
dijelaskan, karena terintegrasi dengan kasusnya. Dalam penelitian studi kasus
yang demikian, unit analisis tidak dapat ditentukan karena kasus tersebut juga
sekaligus merupakan unit analisis dari penelitian.
Sedangkan jenis yang kedua, penelitian studi kasus terpancang
memiliki unit analisis lebih dari satu. Hal ini dapat terjadi karena didasari
oleh hasil kajian teori yang menuntut adanya lebih dari satu unit analisis.
Tuntutan penggunaan lebih dari satu unit analisis biasanya disebabkan oleh
tujuan penelitian yang ingin menjelaskan hubungan secara komprehensif dan
detail setiap bagian dari kasus secara lebih mendalam. Hal yang perlu
diperhatikan adalah bahwa semakin banyak jenis unit analisis yang digunakan,
sifat alamiah penelitian akan semakin kabur, karena cenderung menjadi
penelitian yang terikat pada keberadaan unit analisisnya.
2. Penelitian studi kasus jamak (jenis 3 dan 4)
Pada dasarnya, penelitian studi kasus jamak adalah penelitian yang
menggunakan lebih dari satu kasus. Penggunaan jumlah kasus lebih dari satu pada
penelitian studi kasus pada umumnya dilakukan untuk mendapatkan data yang lebih
detail, sehingga diskripsi hasil penelitian menjadi semakin jelas dan
terperinci. Hal ini juga didorong oleh keinginan untuk mengeneralisasi konsep
atau teori yang dihasilkan. Dengan kata lain, penggunaan jumlah kasus yang banyak
dimaksudkan untuk menutupi kelemahan yang terdapat pada penggunaan kasus
tunggal, yang dianggap tidak dapat digeneralisasikan.
Proses analisis pada penelitian studi kasus jamak berbeda dengan
penelitian kuantitatif yang menggunakan jumlah responden yang banyak. Pada
peneltian kuantitatif, data dari responden dapat diolah secara terintegrasi
dengan formula tertentu, sehingga menghasilkan satu kesatuan konsep dalam
bentuk model hubungan antar data.
Di dalam penelitian studi kasus jamak, Yin menyarankan menggunakan
logika replikasi sebagai pendekatan di dalam proses analisisnya[9].
Pada proses ini, setiap kasus harus mengalami prosedur penelitian yang sama,
hingga menghasilkan hasil penelitiannya masing-masing. Selanjutnya, hasil dari
masing-masing penelitian di perbandingkan, untuk menentukan kesamaan dan
perbedaannya. Hasilnya dipergunakan untuk menjelaskan pertanyaan penelitian
pada umumnya dan khususnya pencapaian atas maksud dan tujuan penelitian.
Jika dibuatkan dalam suatu diagram, jenis-jenis penelitian studi
kasus menurut Yin dapat dilihat pada gambar diagram pada halaman berikut. Pada
diagram tersebut juga dapat dilihat contoh judul-judul penelitian yang
menggambarkan isi dari masing-masing jenis. Contoh penelitian studi kasus
holistik tunggal yang diberikan dengan judul ‘Kemacetan Lalu-lintas di Kawasan
Malioboro, Yogyakarta’, dan jamaknya adalah ‘Kemacetan Lalu-lintas di Kawasan
Gejayan dan Malioboro, Yogyakarta’, menunjukan adanya keterpaduan antara kasus
dengan lokasi penelitiannya sebagai suatu penelitian yang holistik. Sementara
itu, contoh untuk penelitian studi kasus terpancang tunggal yang berjudul
‘Pencampuran Moda Transportasi Sebagai Penyebab Kemacetan, Studi Kasus: Kawasan
Malioboro, Yogkyakarta’, dan contoh jamaknya adalah ‘Pencampuran Moda Transportasi
Sebagai Penyebab Kemacetan, Studi Kasus: Kawasan Malioboro dan Gejayan,
Yogkyakarta’, menunjukkan adanya penggunaan istilah ‘studi kasus’.
Penggunaan istilah tersebut
secara khusus untuk menunjukkan bahwa kasus yang dipergunakan bersifat sebagai
sarana (instrumen) pembukti atas konsep atau teori peneliti. Sementara judul
utamanya ‘Pencampuran Moda Transportasi Sebagai Penyebab Kemacetan’
menggambarkan unit analisis yang mengikat (memancang) fokus penelitiannya.
Untuk lebih jelasnya, perhatikan gambar berikut ini:
Gambar 10: Jenis-jenis Penelitian Studi Kasus[10]
4.
Penyelenggaraan
Penelitian Studi Kasus
Sementara itu, Yin membagi
proses penelitian menjadi 2 (dua) jenis, yaitu proses penelitian studi kasus
tunggal dan proses penelitian studi kasus jamak.[11]
Kedua proses tersebut pada dasarnya mengacu pada proses dasar yang sama.
Perbedaannya adalah pada jumlah kasus pada penelitian studi kasus jamak yang
lebih dari satu, sehingga membutuhkan replikatif proses yang lebih panjang
untuk mengintegrasikan hasil-hasil kajian dari tiap-tiap kasus. Untuk lebih
jelasnya, proses penelitian studi kasus menurut Yin adalah sebagai berikut:
a.
Mendefinsikan
dan merancang penelitian.
Pada tahap ini, peneliti melakukan kajian pengembangan teori atau
konsep untuk menentukan kasus atau kasus-kasus dan merancang protokol(alat
pemandu) pengumpulan data. Pada umumnya, pengembangan teori dan konsep
digunakan untuk mengembangkan pertanyaan penelitian dan proposisi penelitian.
Proposisi penelitian memiliki posisi yang mirip dengan hipotesis, yaitu
merupakan jawaban teoritis atas pertanyaan penelitian. Merkipun demikian,
proposisi lebih cenderung menggambarkan prediksi konsep akhir yang akan dituju
di dalam penelitian. Proposisi merupakan landasan bagi peneliti untuk
menetapkan kasus pada umumnya dan unit analisis pada khususnya. Tahapan ini
sama untuk penelitian studi kasus tunggal maupun jamak.
Guna melaksanakan studi
kasus yang berkualitas tinggi, sebelum terjun melakukan studi kasus di tempat
yang di inginkan maka latihan – latihan intensif perlu di rencanakan, protokol
studi kasus perlu dikembangkan dan disempurnakan, serta penelitian perintis
perlu di selanggarakan[12].
b.
Menyiapkan,
mengumpulkan dan menganalisis data.
Pada tahap ini, peneliti melakukan persiapan, pengumpulan dan
analisis data berdasarkan protokol penelitian yang telah dirancang sebelumnya.
Pada penelitian studi kasus tunggal, penelitian dilakukan pada kasus terpilih
hingga dilanjutkan pada tahapan berikutnya. Pada penelitian studi kasus jamak,
penelitian pada setiap kasus dilakukan sendiri-sendiri hingga menghasilkan
laporan sendiri-sendiri juga.
Penyelenggaraan studi kasus diawali dengan penentuan masalah atau
isu yang akan diselidiki dan pengembangan desain penelitiannya. Peneliti studi
kasus setidaknya mempunyai beberapa ketrampilan diantaranya : mengajukan
pertanyaan, mendengarkan, penyesuaian diri, memegang teguh isu – isu yang akan
diteliti, dan mengurangi bias.
Menurut Yin ada enam sumber bukti yang dapat dijadikan focus dalam
pengumpulan data studi kasus yaitu[13] :
dokumentasi, rekaman arsip, wawancara, observasi langsung, observasi
partisipan, dan perangkat fisik. Pada dasarnya ada tiga prnsip dalam
pengumpulan data ; menggunakan multisumber bukti, menciptakan data dasar studi
kasus, dan memelihara rangkaian bukti.[14]
Ada dua strategi umum dalam menganalisa data,[15]
yaitu ;
1.
Mendasarkan
pada proposisi teoritis ; strategi yang mengikuti proposisi teoritis yang
menuntun studi kasus. tujuan dan desain asal dari studi kasus diperkirakan
berdasar atas proposisi semacam itu, yang selanjutnya mencerminkan serangkaian
pertanyaan penelitian, tinjauan pustaka, dan pemahaman – pemahaman baru.
2.
Mengembangkan
deskripsi kasus ; yaitu mengembangkan suatu kerangka kerja deskriptif untuk
mengorganisasikan studi kasus.
c.
Menganalisis
dan Menyimpulkan.
Tahapan ini merupakan
tahapan terakhir dari proses penelitian studi kasus. Pada penelitian studi
kasus tunggal, analisis dan penyimpulan dari hasil penelitian digunakan untuk
mengecek kembali kepada konsep atau teori yang telah dibangun pada tahap
pertama penelitian. Sementara itu, pada penelitian studi kasus jamak, analisis
dan penyimpulan dilakukan dengan mengkaji saling-silangkan hasil-hasil
penelitian dari setiap kasus. Seperti halnya pada penelitian studi kasus
tunggal, hasil analisis dan penyimpulan di gunakan untuk menetapkan atau
memperbaiki konsep atau teori yang telah dibangun pada awal tahapan penelitian.
Ada tiga jenis analisa dominan dalam penelitian studi kasus yaitu[16] ;
1.
Penjodohan
Pola
Penjodohan
pola yaitu membandingkan pola yang didasarkan atas empiri dengan pola yang di
prediksikan (atau dengan beberapa predisi alternatif). Jika kedua pola ini ada
persamaan maka hasilnya bisa menguatkan validitas studi kasus tersebut.
2.
Pembuatan
Eksplanasi
Pembuatan
eksplanasi yaitu menjelaskan fenomena atau menetapkan serangkaian timbal balik
mengenai fenomena tersebut. Pada studi – studi kasus umumnya selama ini menggunakan eksplanasi dalam bentuk naratif.
3.
Analisis
Deret Waktu
Analisis deret
waktu adalah membeberkan rangkaian kejadian secara rinci yang kronologis atas
data yang di dapat secara berurutan.
Dalam penulisan laporan hasil
studi kasus hendaknya ditulis secara komunikatif, rnudah dibaca, dan
mendeskripsikan suatu gejala atau kesatuan sosial secara jelas, sehingga
rnernudahkan pembaca untuk mernahami seluruh informasi penting. Laporan
diharapkan dapat membawa pembaca ke dalam situasi kasus kehidupan seseorang
atau kelompok.
5. Studi Situs
Tunggal dan Multi Situs
a. Pengertian
sudi situs tunggal dan multi situs
Studi situs tunggal adalah suatu penelitian kualitatif
melibatkan satu situs (tempat) dengan menganalisa beberapa permasalahan yang
ada dalam situs tersebut. Sedangakan
Studi multi situs is a
qualitative research approach that we designed to gain an in-depth knowledge of
an organizational phenomenon that had barely been researched: strategic
scanning.[17] Rancangan studi multi-situs adalah
suatu rancangan penelitian kualitatif yang melibatkan beberapa situs dan subjek
penelitian. Subjek-subjek penelitian tersebut diasumsikan memiliki
karakteristik yang sama. Sebagaimana
dikemukakan oleh Bogdan dan Biklen, studi multi-situs merupakan salah satu
bentuk penelitian kualitatif yang memang
dapat digunakan terutama untuk mengembangkan teori yang diangkat dari beberapa latar penelitian yang
serupa, sehingga dapat dihasilkan teori
yang dapat ditrasfer ke situasi yang lebih luas dan lebih umum cakupannya.[18]
Pada dasarnya studi satu situs dan multi-situs
mempunyai prinsip sama dengan studi kasus tunggal dan multi-kasus perbedaanya terletak pada
pendekatan. Studi multi-kasus dalam mengamati suatu kasus berangkat dari kasus tunggal
ke kasus-kasus berikutnya, sehingga kasus yang diteliti memiliki dua atau
lebih. Penelitian dengan multi-situs menggunakan logika yang berlainan dengan
pendekatan studi multi-kasus, karena arahnya lebih banyak untuk mengembangkan
teori kecenderungan memiliki banyak situs daripada dua atau tiga. Menurut
Bogdan dan Biklen pendekatan situs tunggal dan multi situs memiliki dua jenis studi, yaitu
induksi analitis modifikasi dan metode komparatif konstan. Masing-masing
dijelaskan sebagai berikut :
1.
Induksi analitis,
merupakan suatu pendekatan untuk mengumpulkan dan mengolah data maupun suatu
cara untuk menmgembangnkan teori dan mengujinya. Prosedur induksi analitis
dipergunakan apabila terdapat masalah, pertanyaan atau isu khusus yang menjadi
fokus penelitian. Data dikumpulkan dan diolah untuk mengembangkan model
deskripsi yang merangkum semua fenomena.
2.
Metode komparatif
konstan, merupakan rancangan penelitian untuk sumber multi-data yang sama
dengan induksi analitis karena analisis formulanya dimulai pada awal studi dan
hampir selesai pada akhir pengumpulan data. Untuk menyusun langkah-langkah
dalam metode komparatif konstan guna mengembangkan teori adalah[19] :
a.
mengumpulkan data;
b.
mencari kunci, isu
peristiwa yang selalu berulang atau di dalam data yang merupakan kategori
fokus;
c.
kumpulkan data yang banyak memberikan kejadian
(incident) tentang kategori fokus dengan melihat adanya keberagaman dimensi
dibawah kategori-kategori yang sedang diselidiki;
d.
tuliskan
kategori-kategori yang sedang diselidiki;
e.
kerjakan data dan
model yang muncul untuk menemukan adanya proses-proses sosial dasar ;
f.
lakukanlah dalam
sampling, pengkodean, dan menulis sebagai fokus analisis.
b.
Teknik Pengumpulan Data Dalam Situs tunggal dan
Multi Situs
Ada tiga teknik utama yang digunakan dalam pengumpulan data
dalam studi situs tunggal dan multi situs ini, yaitu: (1) wawancara mendalam;
(2) observasi berperan serta; dan (3) studi dokumentasi. Menurut
beberapa ahli dalam bidang penelitian kualitatif,
ketiga teknik ini memang merupakan teknik dasar yang selalu digunakan oleh peneliti kualitatif di dalam
penelitian-penelitiannya
1.
Wawancara Mendalam
Wawancara
adalah percakapan dengan maksud tertentu.[20]Ada
beberapa jenis wawancara yang umum digunakan dalam penelitian, antara lain wawancara
terstruktur dan wawancara tidak terstruktur. Namun, dalam jenis penelitian ini dapat digunakan tiga jenis wawancara,
yaitu (1) wawancara tidak terstruktur,
(2) wawancara semi terstruktur, dan (3) wawancara tidak terencana.
a. Digunakannya wawancara tidak
terstruktur dimaksudkan agar
peneliti dapat menggali data sebanyak-banyaknya yang diperlukan tanpa
mengurangi informasi dan makna alamiah dari proses penggaliannya. Di samping itu, peneliti juga dimungkinkan dapat mencatat respons afektif yang tampak selama wawancara berlangsung dan dapat memilah pengaruh pribadi peneliti yang mungkin mempengaruhi hasil wawancara. Wawancara semacam ini secara psikologis lebih bebas sehingga tidak melelahkan dan menjemukan informan. Informasi yang dikumpulkan melalui wawancara tidak terstruktur ini sifatnya masih umum dan belum mengarah pada focus masalah. Misalnya tentang sejarah sekolah, struktur organisasi sekolah, dan pengalaman-pengalaman menarik yang pernah terjadi di sekolah.
peneliti dapat menggali data sebanyak-banyaknya yang diperlukan tanpa
mengurangi informasi dan makna alamiah dari proses penggaliannya. Di samping itu, peneliti juga dimungkinkan dapat mencatat respons afektif yang tampak selama wawancara berlangsung dan dapat memilah pengaruh pribadi peneliti yang mungkin mempengaruhi hasil wawancara. Wawancara semacam ini secara psikologis lebih bebas sehingga tidak melelahkan dan menjemukan informan. Informasi yang dikumpulkan melalui wawancara tidak terstruktur ini sifatnya masih umum dan belum mengarah pada focus masalah. Misalnya tentang sejarah sekolah, struktur organisasi sekolah, dan pengalaman-pengalaman menarik yang pernah terjadi di sekolah.
b.
Dari wawancara tidak terstruktur tersebut
selanjutnya informan dibawa
ke wawancara semi terstruktur. Informasi yang dijaring dengan wawancara
semi terstruktur ini sifatnya sudah mengarah pada fokus masalah penelitian.
Wawancara semi terstruktur ini dilakukan berdasarkan hasil wawancara
tidak terstruktur yang telah dikumpulkan sebelumnya. Misalnya wawancara
dimulai dari hal – hal yang tidak begitu penting, kemudian peneliti mengarahkan pada pertanyaan-pertanyaan yang terfokus.
ke wawancara semi terstruktur. Informasi yang dijaring dengan wawancara
semi terstruktur ini sifatnya sudah mengarah pada fokus masalah penelitian.
Wawancara semi terstruktur ini dilakukan berdasarkan hasil wawancara
tidak terstruktur yang telah dikumpulkan sebelumnya. Misalnya wawancara
dimulai dari hal – hal yang tidak begitu penting, kemudian peneliti mengarahkan pada pertanyaan-pertanyaan yang terfokus.
c.
Wawancara jenis lain yang juga digunakan dalam
penelitian ini adalah
wawancara tidak terencana. Wawancara ini dilakukan kepada informan secara
kebetulan dan tidak dilakukan seleksi terlebih dahulu. Cara wawancaranya
sangat tidak terstruktur dan dilakukan secara kebetulan
wawancara tidak terencana. Wawancara ini dilakukan kepada informan secara
kebetulan dan tidak dilakukan seleksi terlebih dahulu. Cara wawancaranya
sangat tidak terstruktur dan dilakukan secara kebetulan
2.
Observasi Berperan Serta.
Observasi
berperan serta digunakan dengan cara di mana peneliti memasuki, mengamati dan sekaligus
berpartisipasi di dalam latar atau suasana tertentu.Observasi
adalah suatu proses yang mengedepankan pengamatan dan ingatan.[21]
Dalam penelitian ini, observasi berperan serta yang dilakukan dibagi menjadi tiga tahapan. Pertama, dimulai dari
observasi luas untuk menggambarkan secara
umum situasi fisik dan sosial yang terjadi pada latar penelitian. Kedua, observasi dilakukan secara terfokus untuk
menemukan kategori-kategori informasi yang
tercakup dalam focus penelitian. Ketiga,
observasi dilakukan secara lebih menyempit lagi dengan menyeleksi kejadian-kejadian yang mampu menggambarkan perbedaan
di antara kategori-kategori yang tercakup
dalam fokus penelitian. Tingkat kedalaman
peran serta yang dilakukan oleh peneliti dalam observasi sangat bervariasi. Pertama, dimulai dari tingkat yang paling
rendah keaktifannya, yaitu melakukan observasi
hanya untuk melihat dari jauh kehidupan
sehari-hari dan suasana umum yang terjadi pada latar penelitian. Pada tingkat ini, peneliti tidak melakukan
partisipasi sama sekali. Observasi ini
dilakukan peneliti pada saat pertama kali memasuki lokasi dan latar penelitian. Tingkat kedua, peran
peneliti dalam observasi lebih ditingkatkan, yaitu secara dekat dan terang-terangan peneliti mengamati
situasi social tertentu yang terjadi pada
latar penelitian. Pada observasi tingkat ini, peran serta peneliti masih tergolong pasif. Dalam hal ini peneliti
mengamati bagian-bagian peristiwa dan
situasi yang terjadi, sampai pada akhirnya peneliti ikut aktif dalam kegiatan
subjek penelitian.
3.
Studi Dokumentasi
Studi
dokumentasi dalam penelitian ini digunakan untuk mengumpulkan data dari sumber selain
manusia. Menurut Lincoln dan Guba, sumber ini
terdiri dari dokumen dan rekaman yang berupa tulisan, gambar atau foto,
dan rekaman audiovisual.[22] Alasan digunakannya teknik ini karena sumber tersebut memang tersedia dan terjaga keakuratannya. Di samping itu, dengan tersedianya dokumen dan rekaman peristiwa yang ada di sekolah dapat memberikan informasi tentang banyak hal yang pernah terjadi di masa lampau. Dalam penelitian ini, dokumen-dokumen yang dikumpulkan dan dianalisis adalah dokumen yang berkaitan dengan kondisi sekolah dan sekitarnya sebagai latar penelitian dan dokumen yang berkaitan dengan fokus atau masalah penelitian. Dokumen-dokumen yang dianalisis dalam kaitan untuk menentukan latar penelitian adalah data statistik dan laporan sekolah. Sedangkan dokumen-dokumen yang dianalisis untuk menjawab masalah penelitian antara lain: (1) aturan-aturan yang digunakan dalam sekolah, (2) catatan hasil rapat pengurus yayasan, (3) catatan hasil rapat kepala sekolah dan guru, (4) catatan-catatan lain yang dianggap relevan, dan (5) foto-foto kegiatan sekolah.
terdiri dari dokumen dan rekaman yang berupa tulisan, gambar atau foto,
dan rekaman audiovisual.[22] Alasan digunakannya teknik ini karena sumber tersebut memang tersedia dan terjaga keakuratannya. Di samping itu, dengan tersedianya dokumen dan rekaman peristiwa yang ada di sekolah dapat memberikan informasi tentang banyak hal yang pernah terjadi di masa lampau. Dalam penelitian ini, dokumen-dokumen yang dikumpulkan dan dianalisis adalah dokumen yang berkaitan dengan kondisi sekolah dan sekitarnya sebagai latar penelitian dan dokumen yang berkaitan dengan fokus atau masalah penelitian. Dokumen-dokumen yang dianalisis dalam kaitan untuk menentukan latar penelitian adalah data statistik dan laporan sekolah. Sedangkan dokumen-dokumen yang dianalisis untuk menjawab masalah penelitian antara lain: (1) aturan-aturan yang digunakan dalam sekolah, (2) catatan hasil rapat pengurus yayasan, (3) catatan hasil rapat kepala sekolah dan guru, (4) catatan-catatan lain yang dianggap relevan, dan (5) foto-foto kegiatan sekolah.
c.
Kredibilitas Data
Di dalam penelitian ini pengecekan kredibilitas data dapat
dilakukan dengan menggunakan teknik trianggulasi, pengecekan anggota,
dan diskusi teman sejawat.
Trianggulasi yang digunakan dalam penelitian ini meliputi
trianggulasi teknik pengumpulan data atau metode dan trianggulasi sumber data.
Trianggulasi teknik pengumpulan data dilakukan
dengan cara membandingkan data atau
informasi yang dikumpulkan melalui teknik yang satu dengan data atau informasi yang dikumpulkan melalui teknik yang
lainnya. Misalnya data yang diperoleh
melalui teknik wawancara kemudian dibandingkan dengan data yang diperoleh melalui teknik observasi atau studi
dokumentasi.
Dua teknik lainnya yang digunakan untuk mengecek kredibilitas
data penelitian ini adalah
pengecekan anggota (member check) dan diskusi teman sejawat. Pengecekan anggota dilakukan dengan cara
menunjukkan data atau informasi, termasuk
interpretasi peneliti terhadapnya, yang telah ditulis di dalam format catatan lapangan atau transkrip wawancara
kepada informannya agar dikomentari untuk
disetujui atau ditolak, bahkan ditambah atau dikurangi. Sedangkan diskusi teman sejawat dilakukan dengan cara mendiskusikan data dan temuan-temuan penelitian dengan
seorang atau lebih teman sejawat. Teman
sejawat yang diajak berdiskusi tersebut adalah teman yang memiliki perhatian yang besar terhadap masalah
penelitian di samping memiliki
pengetahuan yang memadai tentang fokus penelitian.
d.
Analisis Data
Ada dua macam analisis data yang digunakan dalam penelitian
ini, yaitu(1) analisis data dalam situs, dan (2) analisis data lintas situs
1.
Analisis Data Dalam Situs
Analisis data dalam situs di dalam penelitian ini maksudnya
analisis data di setiap sekolah yang dijadikan situs penelitian, Oleh karena data
kualitatif terdiri dari kata-kata dan bukan angka-angka, maka penganalisisan datanya dilakukan seperti yang
dianjurkan oleh Bogdan dan Biklen, Miles
dan Huberman, dan Schlegel, yaitu dimulai sejak atau bersamaan dengan
pengumpulan datanya dan setelah
pengumpulan data selesai. Penganalisisan data yang dilakukan bersamaan dengan pengumpulan data meliputi
kegiatan-kegiatan: (1) penetapan fokus
penelitian apakah tetap sebagaimana yang telah direncanakan atau perlu ada perubahan; (2) penyusunan temuan-temuan; (3)
pembuatan rencana pengumpulan data
berikutnya berdasarkan temuan dari pengumpulan data sebelumnya; (4) pengembangan pertanyaan-pertanyaan
analitik untuk pengumpulan data
berikutnya; dan (5) penetapan sasaran pengumpulan data berikutnya[23].
Kegiatan-kegiatan tersebut dilakukan dengan tujuan untuk memahami data yang
telah dikumpulkan dan untuk memikirkan
peluang-peluang pengumpulan data berikutnya,
sehingga kualitasnya menjadi lebih baik dalam rangka penyempurnaan data yang kurang dan menguji
hipotesis-hipotesis dan gagasan-gagasan
yang muncul selama pengumpulan data.
Selanjutnya, setelah seluruh data yang diperlukan selesai
dikumpulkan, semua catatan lapangan yang
telah dibuat selama pengumpulan data dianalisis lebih lanjut secara lebih intensif dan seksama. Penganalisisan yang
demikian itu disebut dengan analisis
setelah pengumpulan data. Langkah-langkah
yang ditempuh dalam analisis data setelah pengumpulan data itu sebagai berikut.
Pertama, dilakukan sistem kategori pengkodean. Dengan sistem
ini, data penelitian dikelompokkan menurut kategori yang dibuat. Dalam rangka itu,
semua data yang berupa catatan lapangan dan
ringkasan data situs sementara, dibaca
dan ditelaah secara seksama. Berdasarkan penelaahan tersebut kemudian diidentifikasi topik-topik liputan. Setiap
topik liputan dibuatkan kode yang
menggambarkan topik tersebut.
Langkah kedua dalam analisis setelah pengumpulan data adalah pengelompokan dan
pemilahan data berdasarkan kode topik liputan. Setelah kode-kode tersebut dibuat lengkap dengan pembatasan
operasionalnya dan dituliskan pada
sebelah kiri (kolom koding) di setiap liputan yang sesuai, maka selanjutnya dilakukan pengelompokan dan pemilahan
data berdasarkan kode masing-masing
liputan. Pengelompokan dan pemilahan ini dilakukan dengan menggunting catatan lapangan, transkrip wawancara, dan
atau trakskrip dokumentasi berdasarkan
kelompok kode yang sama, dan kemudian menempelkan
kembali pada lembaran kertas berdasarkan fokus penelitian.
Untuk mempermudah pelacakannya pada catatan lapangan,
transkrip wawancara,
dan atau transkrip dokumentasi dan ringkasan situs sementara yang asli, maka sebelum dilakukan pengguntingan semua lembar data difotocopy terlebih dahulu. Di samping itu, untuk memperjelas kedudukan data dan mempermudah pelacakannya pada catatan lapangan, transkrip wawancara, dan atau transkrip dokumentasi, maka di bagian bawah sebelah kanan setiap satuan data tersebut diberi kode notasi.
dan atau transkrip dokumentasi dan ringkasan situs sementara yang asli, maka sebelum dilakukan pengguntingan semua lembar data difotocopy terlebih dahulu. Di samping itu, untuk memperjelas kedudukan data dan mempermudah pelacakannya pada catatan lapangan, transkrip wawancara, dan atau transkrip dokumentasi, maka di bagian bawah sebelah kanan setiap satuan data tersebut diberi kode notasi.
Langkah ketiga dalam analisis setelah pengumpulan data adalah
peringkasan atau kesimpulan data pada situs tersebut. Simpulan-simpulan data ini
disusun dan diletakkan di setiap akhir
paparan data setiap subfokus penelitian pada
situs tersebut. Untuk memperjelas simpulan data, maka pada simpulan-simpulan tertentu, data itu dilengkapi dengan
pembuatan bagan atau chart tentang isi
simpulan yang dimaksud.
Langkah keempat sebagai langkat terakhir dalam analisis
setelah pengumpulan data pada
tiap situs penelitian adalah perumusan temuan penelitian. Temuan penelitian ini disusun dalam bentuk susunan proposisi
yang bertolak dari temuan sementara pada
masing-masing situs.
Proposisi-proposisi ini disusun dan diletakkan pada bagian
akhir dari paparan dan simpulan data pada situs tersebut. Berdasarkan simpulan data dan proposisi-proposisi tersebut
dibuatlah diagram yang menggambarkan teori
yang ditemukan pada situs tersebut.
2.
Analisis Data Lintas Situs
Jenis analisa ini hanya dapat digunakan pada studi multi
situs. Analisis data lintas situs dimaksudkan untuk memadukan dan mem-bandingkan temuan-temuan
yang dihasilkan dari seluruh situs. Langkah-langkah
yang ditempuh dalam analisis data lintas situs ini sebagai berikut.
Langkah pertama peneliti membuat pengelompokan situs
penelitian. Misal dari empat situs penelitian dikelompokkan menjadi dua, yaitu (1)
situs kelompok X terdiri atas situs 1 dan
situs 2, dan (2) situs kelompok Y yang
terdiri atas situs 3 dan situs 4. Pengelompokan ini didasarkan atas kesamaan karakteristik tertentu yang
terlihat sebelum pengumpulan data
dilakukan. Langkah kedua adalah melakukan
analisis lintas situs dalam satu kelompok
situs. Berdasarkan temuan-temuan yang dihasilkan pada masing-masing situs yang tersusun dalam bentuk
proposisi-proposisi tertentu,
Langkah ketiga adalah melakukan analisis lintas kelompok situs. Temuan-temuan sementara
kelompok situs X dipadukan kesamaan dan dibandingkan
perbedaannya dengan temuan-temuan sementara kelompok situs Y, sehingga menghasilkan temuan-temuan lintas kelompok
situs XY. Temuan-temuan lintas kelompok
situs ini berupa pernyataan-pernyataan konseptual atau proposisi-proposisi lintas kelompok situs.
Temuan-temuan inilah yang merupakan
temuan teoretik-substantif sebagai temuan akhir penelitian. Untuk keperluan analisis data secara keseluruhan,
dibuatlah diagram yang menggambarkan
langkah-langkah mulai dari mengembangkan konsep sampai dengan analisis lintas situs.
BAB
III
KESIMPULAN
Penelitian studi kasus kasus dapat diartikan sebagai: an intensive,
holistic description, and . analysis of a single instance, phenomenon, or
social unit. Untuk studi kasus, ada lima
komponen desain penelitian yang sangat penting, yaitu : Pertanyaan – pertanyaan
penelitian, Proposisinya, jika ada; Unit – unit analisis, Logika yang
mengaitkan data dengan proposisinya tersebut; Dan kriteria untuk
menginterpretasikan temuan.
Yin membagi penelitian studi
kasus secara umum menjadi 2 (dua) jenis, yaitu penelitian studi kasus dengan
menggunakan kasus tunggal dan jamak/ banyak. Disamping itu, ia juga
mengelompokkannya berdasarkan jumlah unit analisisnya, yaitu penelitian studi
kasus holistik (holistic) yang menggunakan satu unit analisis dan penelitian
studi kasus terpancang (embedded) yang menggunakan beberapa atau banyak unit
analisis.
Proses penelitian studi kasus menurut Yin adalah sebagai berikut
(1) Mendefinsikan dan merancang penelitian ; peneliti melakukan kajian
pengembangan teori atau konsep untuk menentukan kasus atau kasus-kasus dan
merancang protokol(alat pemandu) pengumpulan data. (2) Menyiapkan, mengumpulkan
dan menganalisis data ; Pada tahap ini, peneliti melakukan persiapan,
pengumpulan dan analisis data berdasarkan protokol penelitian yang telah
dirancang sebelumnya. (3) Menganalisis dan Menyimpulkan ; tahapan ini merupakan
tahapan terakhir dari proses penelitian studi kasus. Pada penelitian studi
kasus tunggal, analisis dan penyimpulan dari hasil penelitian digunakan untuk
mengecek kembali kepada konsep atau teori yang telah dibangun pada tahap
pertama penelitian.
DARTAR PUSTAKA
Arifin. Pengantar Penelitian Pendidikan, Pendekatan
Kuantitatif dan Kualitatif, FPISH. Malang : IKIP Budi Utomo, 2009.
Bakri, M. (ed). Metodologi Penelitian Kualitatif, Tinjauan
Teoritis dan Praktis, malang : Lemlit Iniversitas Islam Malang, 2002.
Bunguin, Burhan. Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta ; PT Raja Grafindo Persada, 2003
http://asrori.blog.ca/etd/jtang2004./ metode dan desain studi kasus.
Kidder, Research Methods on
Social Relations. New York , 1981.
Mudzakir. Studi Kasus Desain Dan Metode. Jakarta :
Raja Grafindo Persada , 2008.
Moleong, L.J. Metodologi Penelitian Kualitatif.
Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. 2006.
Nachmias . Research Methods in
The Social Sciences . New York , 1976.
Salim, A. Teori dan paradigma Penelitian Sosial (dari
Denzin Guba dan Penerapannya), Yogyakarta : PT. Tiara Wacana. 2001.
[1]Burhan Bunguin
,analisis datapenelitian kualitatif,
(Jakarta ; PT Raja Grafindo Persada,2003), hal 20.
[2] ibid, hal19
[3] Burhan Bunguin
,analisis datapenelitian kualitatif,
(Jakarta ; PT Raja Grafindo Persada,2003) hal 20
[4]Nachmias . Research
Methods in The Social Sciences ,( New York ,1976), hal 77-78
[5] Kidder,
Research Methods on Social Relations. (New York : 1981), hal 7-8
[6] Mudzakir, Studi
Kasus Desain Dan Metode, (Jakarta :Raja Grafido Persada , 2008), hal 46
[7] Yin, Case
Study Research : design and methods. (California : Sage Publication.2009),
hal 46.
[8] Burhan Bunguin
,Analisis Data Penelitian Kualitatif,
(Jakarta ; PT Raja Grafindo Persada,2003), hal 30.
[9] Burhan Bunguin
,Analisis Data Penelitian Kualitatif,
(Jakarta ; PT Raja Grafindo Persada,2003), hal 31
[12] Mudzakir, Studi
Kasus Desain Dan Metode. (Jakarta :Raja Grafido Persada , 2008), hal 67.
[13] Ibid, hal103.
[14] Ibid, hal 128.
[15] Ibid, hal 136.
[16] ibid, hal 140
[20] Moleong, Metodologi
penelitian kualitatif,( Bandung : PT Rosda karya,2010), hal 186.
[21] Sugiono, Metodologi
Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif.(Bandung : ikapi,2009) Hal 145.
[22] Moleong, Metodologi
penelitian kualitatif ,( Bandung : PT Rosda karya,2010) hal 186.